Senin, 19 Maret 2018

Review Film “Ex Machina” dan Keterkaitannya dengan Interaksi Manusia dan Komputer


Ex machine adalah film sci-fi yang bertema A.I (Artificial Intelligence) yang membahas tentang eksistensi kecerdasan buatan dan bagaimana posisi mereka di dalam dunia manusia dan apa yang terjadi jika eksistensi kecerdasan buatan memiliki keyakinan bahwa mereka juga manusia dan memiliki keinginan bertahan hidup yang sama dengan manusia, hal ini yang ingin diangkat oleh sang sutradara yaitu Alex Garland.

Film ini menceritakan tentang seorang programmer yang bernama Caleb (Domhnall Gleeson) yang memenangkan sebuah kompetisi di sebuah perusahaan mesin pencari paling popular yang bernama Bluebook (Sejenis Google). Caleb mendapat hadiah yaitu berlibur di Alaska bersama CEO nya yang bernama Nathan (Oscar Isaac). Namun yang ia dapat bukanlah sebuah liburan pada umumnya, melainkan ia diharuskan mengevaluasi sebuah robot A.I yang bernama Ava yang dibuat oleh Nathan melalui test yang dinamakan Turing Test.

Robot ava ini memiliki kecerdasan yang luar biasa, robot ini mampu berinteraksi dengan manusia, dan mempunyai wujud yang serupa dengan manusia, bahkan robot ini memiliki rasa empati.

Tidak banyak dialog scientific dalam film ini, membuatnya cukup mudah untuk diikuti. Penggunaan CGI yang tidak terlalu mencolok hingga ruangan yang digunakan jauh dari kesan laboratorium riset, membuat Ex Machina menjadi sci-fi yang stylish dan elegance dalam pengemasan. Ex Machina banyak mengeksplorasi sisi humanisme seperti pencarian jati diri Ava untuk menjadi manusia seutuhnya, hingga sifat egoisme Nathan dalam mencari ‘boneka’ yang sempurna.

Dalam film “Ex Machina” ini ada beberapa interaksi antara manusia dan komputer yang saya tangkap seperti :
1. Kecerdasan buatan yang diciptakan oleh Nathan sungguh luar biasa, karena Ava dapat berinteraksi dengan Caleb dengan bahasa yang lancar dan mudah dipahami oleh lawan bicaranya Caleb.
2. Kecerdasan buatan yang dimiliki Ava juga sudah memiliki rasa empati, terbukti saat Caleb menceritakan dirinya kalau kedua orang tuanya sudah meninggal saat usianya masih anak-anak sontak Ava turut bersedih saat mendengarnya, menurut saya itu hebat sekali mengingat Ava merupakan seorang robot yang bisa merasakan perasaan lawan bicaranya.
3. Interaksi yang dilakukan Nathan terhadap kyoko (asisten pribadinya) juga sudah dapat dikatakan luar biasa meskipun kyoko tidak dapat mengerti bahasa Inggris namun ia bisa bersikap layaknya seperti manusia biasa.
4. Semua fasilitas penilitian milik Nathan hampir semuanya berkerja dengan interaksi antara    manusia dan komputer, salah satu contohnya  saat adegan di film Nathan ingin tidur dikamarnya ia hanya perlu mengucapkan ‘lights’ kemudian lampu langsung otomatis mati.